Dalam Lembah Air Mata Kubersyukur
Oktober 24, 2017
Perth Amboy,
Di tengah keheningan, sunyi. Posisi duduk dengan kepala tertunduk seraya memandangi kaki yg bergerak-gerak tak tentu arah seakan menyadarkan pikiranku bahwa tubuhku masih ada di sini, meski pikiranku sudah melayang jauh, jauh, jauh sekali, entah apakah sudah sampai di tengah-tengah keluargaku di Indonesia, di Tangerang. Angin malam mengayunkan lembut rambutku, mengusap lembut air mataku. Tarikan, hembusan nafas, terasa berat dan panjang.
Mmmmm….
Tahun 2017 belum berakhir. Masih di bulan Oktober. Bahkan bulan ini pun belum berakhir, tapi sudah terjadi lagi untuk ke dua kalinya.
Kematian.
Akan lebih halus kalau kugunakan kata dukacita karena kehilangan. Memang sama sekali tidak mengurangi perih yg ada, meski sudah menggunakan kata yg halus sekalipun karena ada rasa perih di hati.
Kalaupun kali ini tertuang dalam kata-kata di blog ku karena ketidakberdayaan ini tak mampu terucap lewat bibirku.
Yaaa… 3 (tiga) bulan yang lalu sepupu kandung yang hingga akhir hayatnya tidak pernah aku lihat raut wajahnya sudah menghadap Yang Kuasa, diusia yang masih sangat muda. Meninggal dalam menunaikan tugas kenegaraan sebagai seorang Polisi.
Kubaca berita di koran, beliau masih sempat menyebut Nama TUHAN dan anak perempuannya sambil menahan rasa sakit yang luar biasa dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
Hari ini, Tulang (mertua adik laki-lakiku) yang juga boleh dibilang muda, tidak sakit, 1 (satu) jam sebelumnya masih bisa bercanda, namun tiba-tiba melemah secara mendadak, bahkan tanpa sempat diberikan pertolongan apapun, beliau sudah pergi.
Aku tahu, tidak berhak untuk bertanya mengapa hal ini terjadi.
Aku pun tidak komplain mengapa terjadi?
Aku menerima semua ketidakberdayaanku.
Aku bersyukur untuk semua proses yg TUHAN ijinkan terhadapku ataupun keluargaku.
Kalaupun boleh aku mengajukan permohonan, kiranya kuatkan kami sekeluarga bertahan dalam iman, pengharapan dan kasih kami, hingga saat SUKACITA itu datang.
Dimana tidak ada tangis kesedihan, tapi kemuliaan Tuhan yang dinyatakan.
Mohon kiranya Tuhan senantiasa beserta dengan keluarga besarku sampai saat aku berkumpul kembali.
Love you Pa, Ma, Tito, Nina, Denny, Hana, Daud, Sabrina, calon-calon keponakanku, keponakanku Yemima yg sekarang sudah bersama Bapa di sorga juga semua keluarga besar kami semua….
PS: Nina, semua yg terjadi dalam hidupmu semakin membuktikan bahwa kuasaNya semakin dinyatakan dalam hidupmu terutama di saat kita lemah. Tetap berharap dan bergantung kpd TUHAN. Semua akan dibuatNya indah.
Ga sabar menunggu keponakan jagoan Kaka bulan Januari atau Pebruari.
Yang rindu,
K
Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan ya Kei.
LikeLike