Thank You Citilink Garuda Indonesia
Indonesia, November 24, 2011
Apa yang saya posting di sini merupakan pengalaman pribadi dan sebagai ucapan terima kasih atas service dan pelayanan yang dilakukan oleh semua crew Citilink terutama yang berada Kantor Citilink Bandara Internasional Polonia Medan, Indonesia.
Semua kejadian dimulai pada saat kami sekeluarga akan kembali pulang ke Tangerang. Setelah menyelesaikan semua urusan keluarga di Sigompulon, Tarutung, akhirnya kami putuskan untuk kembali ke Tangerang pada tanggal 20 Nopember 2011. Hal ini kami putuskan juga dikarenakan ayah saya, mengalami sakit yang cukup berat. Ginjalnya ada sedikit masalah yang mengakibatkan kakinya kembali bengkak dan sangat sakit sekali. Bengkak dan rasa sakit itu bahkan sudah sampai pada lutut ayah kami. Kami sekeluarga juga sangat khawatir karena melihat rasa sakit dan penderitaan yang dirasakan ayah saya pada waktu itu.
Perjalanan yang kami tempuh memang cukup panjang, sekitar 10 jam jarak tempuh dimulai dari Sigompulon, Tarutung jam 7 pagi hingga jam 5 sore kami tiba di Bandara Internasional Polonia Medan. Setibanya di bandara saya dan adik saya langsung menuju kantor ticketing karena kami sekeluarga sama sekali belum memegang tiket pulang untuk sore ini.
Beberapa kantor maskapai penerbangan sudah kami datangi satu per satu menanyakan penjualan tiket sore atau malam ini, apakah masih tersedia, namun semua mengatakan tiket sudah habis. Penyebabnya adalah adanya delay pesawat yang cukup lama sehingga beberapa jadwal penerbangan agak terganggu, semua maskapai penerbangan mengalami delay yang cukup bervariasi, dimulai dari delay 1 jam bahkan ada yang delay sampai jam.
Saya agak kebingungan dan sedikit panik, khawatir kami tidak bisa pulang sore itu juga karena sudah kehabisan tiket. Tapi tekad kami sudah sangat bulat untuk segera pulang ke Tangerang, kami sangat tidak tega dan khawatir melihat kondisi ayah saya yang kesakitan. Hanya erangan-erangan yang keluar dari bibirnya demi menahan rasa sakit yang tidak terhingga dan kami pun berusaha untuk menenangkan danmenghibur ayah kami agar tetap kuat menahan rasa sakit itu.
Usaha terakhir, kami melangkah ke bagian paling ujung dari kantor tiketing bandara ini, yaitu Kantor Citilink Garuda Indonesia. Saat saya bertanya apakah masih ada penerbangan untuk sore dan malam ini, mereka mengatakan ya, masih tersedia tapi pesawat akan delay 1 jam dan harga tiket pun sudah naik menjadi 1,2 juta per orang. Berhubung tekad kami sudah bulat untuk pulang sore atau malam ini juga, maka meski harga lebih mahal 2X lipat dari tiket harga normal, kami tetap membeli tiket tersebut untuk 5 orang dengan penerbangan jam 9 malam (di tiket tertera jam 8 malam – delay 1 jam).
Begitu tiket pulang di tangan saya coba menjelaskan kondisi ayah saya yang sedang sakit dan meminta kursi roda untuk beliau. Petugas ticketing pun memastikan apakah sakit ayah saya parah sekali atau tidak. Mereka takut ayah saya tidak layak terbang malam ini. Tapi saya pun berani memastikan bahwa ayah saya sangat layak terbang, hanya saja kakinya bengkak dan terasa sangat sakit sekali jika digerakkan atau tersentuh, apalagi untuk berjalan. Sangat tidak mungkin bisa berjalan, oleh karena itu saya meminta kursi roda.
Masih agak ragu dengan penjelasan saya, sang petugas memanggil atasannya untuk dimintakan pendapatnya dan memberikan keputusan terbaik. Sang atasan pun muncul. Kesan pertama saya pada atasan yang baru datang tersebut, ramah, kooperatif dan bisa menjelaskan dengan baik. Bahkan sang atasan memberikan solusi agar saya meyakinkan pendapat saya bahwa ayah saya layak untuk diterbangkan melalui surat keterangan dokter layak terbang.
Memang solusi yang diberikan cukup membantu, tapi dimana saya bisa mendapatkan surat keterangan layak terbang di kota yang baru pertama kali saya datangi itu. Jangankan mencari dokter, untuk tiba di bandara pun kami sekeluarga sempat nyasar dan butuh perjuangan bertanya-tanya ke sana ke mari jalan menuju bandara. Mendengar penjelasan saya tersebut, sang atasan memberikan solusi surat keterangan layak terbang bisa didapatkan di dalam kawasan bandara pada saat check-in.
Kemudian saya besarta adik saya bergegas masuk untuk melakukan proses check-in sekalian mengambil kursi roda untuk ayah saya. Proses check-in dilakukan tanpa proses bagasi karena anggota keluarga yang lain beserta seluruh koper masih berada di area parkir.
Kursi roda sudah siap di dorong petugas maskapai citilink ke arah parkir dan kami pun bersama-sama menuju area parkir untuk menjemput mereka semua. Ayah saya yang sudah terduduk di kursi roda di arahkan ke ruang kesehatan untuk mengurus Surat Keterangan Layak Terbang. Setelah membayar administrasi Rp 50 ribu dan dinyatakan layak terbang maka saya segera menuju bagian check-in kembali untuk mengurus bagasi dan membuat Surat Pernyataan bertanggung jawab dengan penerbangan ayah saya sekaligus membayar airport tax sebesar 35 ribu per orang. Setelah itu kami semua digiring ke ruang tunggu penerbangan untuk bersiap-siap. Tak lama kemudian, petugas yang mendorong kursi roda ayah saya muncul kembali dengan 5 bungkus kotak makanan sebagai cemilan sambil menunggu delay pesawat.
Setelah menunggu lebih kurang setengah jam, petugas itu kembali muncul dan mengatakan agar kami bersiap-siap menuju belalai untuk diantarkan menuju pesawat terbang GA045 yang akan mengantar kami kembali ke Tangerang dan kata-kata terakhir yang diucapkan petugas itu adalah : “Selamat jalan dan semoga Bapak cepat sembuh ya”.
Puji Tuhan !! Akhirnya kami bisa pulang ke Tangerang untuk segera membawa ayah kami ke Rumah Sakit Siloam untuk mendapatkan perawatan intensif.
Terima kasih banyak kepada semua pihak yang sudah banyak membantu semua proses sehingga kami bisa kembali ke Tangerang. Kami sangat puas dengan servis dari Citilink Garuda Indonesia Bandara Polonia Medan, Indonesia. Sangat disayangkan saya tidak sempat menanyakan nama-nama mereka yang terlibat. Sekali lagi terima kasih.
Salam hangat,
kei