Pengalaman Berharga Bersama Nenek Tua di Stasiun Jerman
Indonesia, 21 Agustus 2011
Akhir Agustus – awal September tahun 2010 saya ada trip ke Swis, maklum lah ini perjalanan pertama saya ke Eropa, jadi yah AJI MUMPUNG semua negara mau diraup semua. Setelah sempat mampir ke Italia, saya berniat ke Jerman mampir ke Metzingen, cuma bermodalkan info seadanya dari google dan searching how to get there via http://www.sbb.ch membuat saya tetap nekat ke sana. Akhirnya,,, saya sampai juga ke tempat yang di tuju, yupp Sleepless in Metzingen, Germany meski nyasar-nyasar.
Menyambung dari postingan aku sebelumnya tentang Kisah Unik Demonstrasi di Stuttgart, Jerman, maka saya akan melanjutkan kisah unik lainnya saat saya sedang berada di Jerman, bisa dibilang tidak sepenuhnya pengalaman buruk, tapi MENDAPAT PELAJARAN BERHARGA.
Setelah puas hampir seharian memanjakan mata dan membeli beberapa keperluan pribadi di Metzingen, akhirnya tiba saatnya untuk diriku kembali pulang ke basecamp sementara di Zurich, Swiss. Sengaja memang, aku tidak menyempatkan diri untuk menginap setidaknya 1 (satu) malam saja di Jerman karena menurutku, Swiss adalah tujuan utamaku, koper, baju-baju dan perlengkapan lainnya sudah kutinggal di hotel, ditambah lagi aku memakai Swiss Pass sebagai kartu pass transportasi aku. Aku bisa puas berkeliling kota dari ujung ke ujung tanpa pesan tiket lagi. Agak sedikit ribet bagiku menggunakan mesin tiket di Swiss, Jerman dan Italia, kendala bahasa menjadi penyebab utama, meski sebenarnya tersedia juga menu dalam bahasa Inggris.
Sambil berjalan pulang menuju Stasiun Stuttgart karena kereta yg membawa saya kembali ke Swiss menunggu di sana. Di Stasiun Stuttgart, saya melihat banyak orang berkerumun memakai pakaian hitam dari tua, muda sambil membawa spanduk. Woooooowwwwwww,,,, ternyata dugaan saya benar, ternyata ada DEMONSTRASI menolak Stasiun Suttgart dipindah. Karena tertarik menonton, saya pun berbaur dengan pendemo, bahkan tanpa ragu saya pun asik meniupkan peluit yang dibagi-bagikan secara gratis sebagai respon dari pernyataan-pernyataan orang yang sedang ber-orasi.
Akhirnya,,, masalah datang, karena KEASIKAN BERDEMO, saya ketinggalan kereta, bahkan sampai kereta terakhir pun terlewat !! Dikarenakan tidak membawa persiapan apapun, mengharuskan saya harus pulang kembali ke Swiss. Saya mencoba bertanya ke beberapa orang lewat yang lalu lalang, ternyata semua yg saya tanya CAN’T SPEAK ENGLISH. Bahkan saat saya coba bertanya ke beberapa polisi stasiun yang bertugas mereka tidak bisa berbuat apa-apa, mereka juga meminta maaf kepada saya karena TIDAK BISA BERKOMUNIKASI secara jelas karena faktor kendala bahasa. Para polisi itu meminta saya ke kantor stasiun saja untuk meminta informasi dan bantuan di sana.
Panik dan kebingungan !!! Sampai akhirnya ada seorang nenek lewat, dan entah kenapa terdorong niat saya untuk bertanya kepada nenek tersebut. Saya coba minta bantuan. Beruntung !!! Nenek itu bisa bahasa Inggris dan dia membantu saya. Buru-buru dia menarik tangan saya dan mengajak saya berlari cepat ke kantor pemesanan tiket untuk mecari tahu apakah ada kereta yang tersedia untuk mengantarkan saya kembali ke Swiss.
Ya….. setelah nenek itu bernegosiasi dengan petugas stasiun dengan bahasa Jerman, akhirnya tiketpun didapat. Dengan jarak waktu tempuh 2 (dua) kali lipat dari perjalanan saya yang pertama (dari Swiss ke Jerman) dan harga 2 (dua) kali lipat lebih mahal pula karena jarak tempuh yang lebih jauh. Tujuan saya ke Zurich tapi harus melewati Basel terlebih dulu.
Nenek itu pun kembali menarik tangan saya untuk mengajak berlari kembali ke arah kereta yang dimaksud. “come on, hurry, I don’t want you left the last chance”, ujar nenek itu. Dan ketika kami berdua sudah ada di depan kereta tersebut saya memeluk erat nenek tua itu dan tanpa terasa air mata saya sudah mengalir tanpa bisa berkata apa-apa. Hanya nenek itu yang berkata-kata untuk mengingatkan saya berhati-hati dalam perjalanan pulang.
Lalu saya bertanya untuk terakhir kalinya, akan kemana nenek itu setelah ini, dia pun menjawab sebenarnya kereta tujuannya sudah lewat dari tadi, tapi karena nenek itu khawatir dengan diri saya, ia pun tak tega meninggalkan saya seorang diri, lagi pula tujuan nenek itu masih di Jerman juga dan masih ada kereta lain di jam-jam berikutnya sampai jam 12 tengah malam, sedangkan kereta saya terbatas dan hanya ini kereta satu-satunya yang tersisa.
Nenek itu meminta saya masuk ke dalam kereta dan saya menurutinya, hingga kereta berjalan pun dia masih berdiri di situ sambil melambaikan tangan kepada saya. Airmata saya pun kembali menetes seraya lambaian tangan mengiringi laju kereta.
Ahhhhh, mengapa saya belum sempat meminta nama dan nomor telepon nenek itu, saya terhanyut oleh suasana. Benar-benar perjalanan yg berharga !!!
Related article :
sempat foto bersama gak Kei?
LikeLike
ini lah kebodohan gw say,,, boro2 foto, nanya nama aja gag sempet. Gw terbawa suasana wkt itu say dan gw nyesel bgt …
Tp gw dah berdoa semoga Tuhan membalas kebaikan hatinya sampai pd keturunannya. Amin.
LikeLike
[…] Pengalaman Berharga Bersama Nenek Tua di Stasiun Jerman […]
LikeLike
Woowww… 753 Pembaca dalam Satu Hari « Me, my self said this on August 23, 2011 at 7:05 am |
hmmm…. saya fikir orang di luar negeri pada pintar english.. hehhhe.. salam kenal ya.. 🙂
LikeLike
hahaha bs saja Ito Sitorus ini, kan ceritanya sy sdg di Jerman bukan di Ingris 😉 hahaha
Salam kenal juga Ito. HORAS !! 😀
LikeLike
Di Jerman sangat amat jarang orang-orang menggunakan bahasa Inggris, kecuali mereka2 yg kuliah mungkin di LN, atau orang2 yg latar belakang keluarganya campuran (mix marriage) atau mereka2 yg pekerjaan sehari2nya berhub dg orang2 di luar Jerman ;-).
LikeLike
tepat sekali sista Nella ! makasiii byk sdh bantu menjelaskan hugs n kisses muaaahhhh muuuaaaahhhhh 😉
LikeLike